Sunday, April 17, 2011

Sebait Nestapa Absurd


Malam ini
Semilir angin rubuhkan rasa
Purnama seakan enggan menyapa
Enyah
Ah, langit serasa pahit

Barisan tukang becak menguap lelah
Sementara belia di pojok bermesra
Merintih tertindih
Mabuk sumpah
Gombal murahan perjaka sampah

Bocah ogah berlari
Sudah mati lapang membentang
Telah busuk pohon ditebang
Geletak saja
Sua banyolan di layar kaca

Gestur binal penjaja nafsu
Banal seiring waktu
Ronanya ibarat kembang di pekuburan
Berjajar pula wadam
Dongah berbisik kesah mega kelam
Mendung

Rintik kemudian
Tetesannya sedih diperas perih
Lacur himbau pembasahannya
Mereka acuh
Lebih rindu sang bianglala
Lebih indah citra
Aku lebih acuh!

Lalu, malam itu
Eros berbisik titah padaku
'Hampa t'lah tiada, ia tiba'
Persetanlah layu
Bahtera ini siap kukayuh, lantas melabuh
Jangan kau enyah

Dan Eros kubersumpah
Tak kubiarkannya kulai kecewa
Walau tubuhku harus membiru
Membatu


Depok Utara, larut malam pertengahan April

3 comments:

  1. Kalo gue ngutip Decil ya, puisi lu kontemporer banget. Pengen rasanya gue search di Google kata per kata artinya.

    ReplyDelete
  2. bagus teman.... sebagian tau juga... perjuangan yang keras ya....

    ReplyDelete
  3. bahasanya tingkat tinggi fik. Kerenn....

    ReplyDelete